DEKLARASI ALIANSI NASIONAL ANTI SYIAH (ANNAS)

Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) pada musyawarah Nasional ke-2 pada Ahad 22 April 2012 telah menyepakati untuk segera di deklarasikan anti syiah di Indonesia. Musyawarah Nasional ini diselenggarakan di Masjid Al-Fajr Jl. Cijagra Raya Bandung.

Dua tahun kemudian tepatnya 20 April 2014, ditempat yang sama di Masjid Al-Fajr Jl. Cijagra Raya Bandung, di DEKLARASI kanlah ALIANSI NASIONAL ANTI SYIAH disingkat ANNAS. Deklarasi inilah cikalbakal bermunculannya Aliansi Nasional Anti Syiah di berbagai daerah.

famplet A4

Alasan Forum Ulama Haramkan Memilih Jokowi-JK

jusuf-kalla-kanan-bersama-joko-widodo-jokowi-_140630022213-883

Alasan Forum Ulama Haramkan Memilih Jokowi-JK
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/07/01/n7zvp7-alasan-forum-ulama-haramkan-memilih-jokowijk
Selasa, 01 Juli 2014, 02:50 WIB

022213-883.jpg
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) keluarkan maklumat haram untuk memilih pasangan Jokowi-JK dalam Pilpres mendatang. Alasannya, pasangan itu dianggap meresahkan dan mengancam eksistensi umat Islam. Pasangan itu juga dinilai akan berpotensi menciptakan iklim sentimen keagamaan yang dapat bermuara pada konflik horizontal.
Penilaian itu muncul atas keputusan dan rencana politik yang selama ini telah dinyatakan secara terbuka, baik oleh institusi maupun oleh tim sukses bila pasangan itu berhasil terpilih. FUUI yang selama ini menyatakan bersih dari politik praktis, kini merasa wajib untuk memberikan pandangannya. Pihaknya menyatakan, sikap itu muncul agar umat Islam tidak salah dalam memilih pemimpin.

Putusan maklumat ini diakui telah melalui proses yang panjang. Sejak berdiri pada tahun 2001, FUUI selalu menghindar untuk masuk dalam ranah politik praktis. “Saya perlu pertegas, ini tidak dalam posisi dukung mendukung salah satu calon, kami berkomitmen hanya untuk memikirkan umat, kami bersih dari kepentingan politik praktis,” ujar Athian Ali Ketua FUUI, kepada wartawan di Masjid Al-Fajr, Jalan Cijagra, Kota Bandung, Senin (30/6).
Dalam pilpres tahun ini pihaknya mengeluarkan maklumat dalam bentuk istihad syar’i. Hal ini diakuinya untuk membimbing umat Islam agar mereka bisa memilih seuai dengan syariat Islam. Ia juga menyatakan bahwa pernyataan resmi ini dikeluarkan untuk menyelamatkan umat agar tidak mengambil keputusan yang salah.

Athian sendiri mengakui bahwa sangat mungkin maklumat yang dikeluarkan akan terkesan mendukung salah satu calon dan menafikan calon lain. Namun, ia mengklaim bahwa putusan ini murni ditinjau melalui dasar syar’i dan hukum Islam. “Kalau sudah bicara hukum ini tentu saja kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, dunia akhirat,” katanya.
Ia menambahkan bahwa sebenarnya secara syar’i, pihaknya tidak melihat sosok ideal pada dua calon presiden. Menurutnya tidak ada satupun calon presiden yang dianggap layak untuk dipilih mewakili umat. Namun, dalam hal ini mereka harus melihat mana yang nilai kerentanannya bagi umat paling rendah.

Ia tidak menafikkan adanya ajakan salah satu pihak Capres agar FUUI memberikan dukungannya. Namun, FUUI tetap menyatakan sampai detik ini tidak pernah tereseret dan tidak ada hubungan dengan salah satu timses manapun. “Kami sedang berusaha memberi kesan bahwa kami tidak mewakili capres manapun, jadi kami nggak ada niatan untuk merapat kepada capres manapun,” tegasnya.

Ia menjelaskan bahwa putusan ini dikeluarkan salah satunya berkaitan dengan niat kubu Jokowi-JK untuk memperjuangkan pencabutan ketetapan MPRS No. 25 Tahun 1966 tentang Larangan Paham Komunisme. Hal itu menurutnya diikuti pula oleh keberpihakan kubu capres nomor dua itu kepada paham yang menurut Syariat Islam sesat, seperti Ahmadiyah, Islam Liberal, dan Syiah.
Pengharaman FUUI ini berangkat pula dari keinginan kubu Jokowi-JK untuk menolak Perda Syariat Islam. Hal ini diangap sebagai bentuk pernyataan terbuka terhadap kebencian pada Syariat Islam. “Karena secara UU No.11 tahun 2011 dan UU Otonomi Daerah sangat memungkinkan lahirnya sebuah Perda yang melindungi adat istiadat di daerah termasuk agama, pandangan, paham dan sebagainya. Seharusnya dihormati karena Islam salah satu dari enam agama yang diakui oleh negara,” jelas Athian.

 

Timses Berang dengan Pengharaman Memilih Jokowi

athian-ali-_140505100156-440Timses Berang dengan Pengharaman Memilih Jokowi
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/07/01/n819wg-timses-berang-dengan-pengharaman-memilih-jokowi
Tuesday, 01 July 2014, 19:41 WIB

Republika/Akbar
Athian Ali
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyatakan sakit hati atas pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak FUUI.

Sebelumnya Pihak FUUI mengeluarkan maklumat yang mengharamkan umat Muslim untuk mencoblos pasangan itu. Pihak Jokowi-JK menilai bahasa haram yang digunakan merupakan penghinaan dan kejahatan pencemaran nama baik.

Achmad Nugraha, Ketua Tim Advokasi Pemenangan Jokowi-JK sekaligus Anggota DPRD Kota Bandung dari Fraksi PDIP, mengatakan bahwa isi maklumat FUUI cenderung aneh. Baginya seorang intelektual agama seperti Athian Ali dan Herman Ibrahim sangat disayangkan membawa isu agama dalam hal semcam itu.

“Agama itu kasih sayang jangan dibawa ke ranah suasana yang begitu kejam, salah apa Jokowi sampai begitu dihinakan oleh mereka?” Ujarnya ketika ditemui di Kantor Bawaslu Jawa Barat, Selasa (1/7).

Menurutnya sah-sah saja untuk mengajak masyarakat untuk memilih salah satu calon. Namun, Achmad mengatakan tidak seharusnya dengan cara menjelek-jelekan pihak lainnya. Menurut penilaiannya, semua pernyataan yang ada dalam maklumat FUUI adalah bentuk pembusukan nama Jokowi.

Melihat hal itu, pihaknya mengaku akan mengadukan hal itu kepada pihak Kapolda secepatnya. Ia melihat bahwa semua poin yang dijadikan titik tolak maklumat itu adalah isu fitnah yang sengaja dihembuskan.

Termasuk mengenai Perda Syariat Islam yang menurutnya tidak masuk akal. “Kok aneh? Apa Perda Islam? Perda ya buat semua agama. Kalau akan ada Perda begitu berarti apakah kita akan menyingkirkan agama lain di negara ini,” katanya.

Baginya, Perda adalah buatan manusia. Hal itu tidak bisa dikaitkan dengan persoalan agama. Menurutnya, itu karena manusia tidak lebih sempurna daripada Allah SWT. Dengan mengadopsi ajaran dari Alqur’an untuk dijadikan Perda, ia menilai akan berujung mendiskreditkan umat agama lain yang ada di negara ini.